PAREPARE, Investigasinews.id — Kabag SDM Rumah Sakit dr Hasri Ainun Habibie (HAH) Kota Parepare sekaligus Wakil Ketua Bidang infokom dan penelitian DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Parepare, Abdul Risal S.kep, Na.M.Kep, dipercaya menjadi salah satu dari enam narasumber pada kegiatan Orientasi Tes dan Pengobatan HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) untuk Fasyankes Swasta yang diselenggarakan oleh Dinkes Provinsi Maluku.
“Iya, kegiatannya lima hari. Alhamdulillah, Dipercaya jadi salah satu narasumber pada kegiatan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS dan PIMS Provinsi Maluku. Saya memfasilitasi kelas perawat dalam testing dan treat HIV/AIDS dan PIMS,” jelas Risal yang dihubungi, Selasa (20/9/22).
Adapun narasumber lainnya berasal dari Perwakilan IDI Makassar, IAI Makassar, juga dari PPKMI Maluku, PATELKI Maluku, serta dari PPNI Ambon.
Kegiatan ini dihadiri oleh pejabat Dinkes Provinsi Maluku, dan diikuti 77 peserta dari berbagai Fasyankes Swasta dan Pemerintah, yang berlangsung selama lima hari mulai 19-23, September 2022 di Grand Avira Hotel, Kota Ambon.
Kadis Kesehatan Provinsi Maluku, dr Zulkarnaini dalam sambutannya menjelaskan, HIV/AIDS mestinya dilihat sebagai masalah bersama yang butuh perhatian dan kepedulian bersama.
“Perlu ditangani secara bersama-sama pula, cara pandang ini akan membantu kita melihat fenomena HIV/AIDS secara lebih simpatik, tidak hitam dan putih. Juag, tidak mudah menghakimi orang-orang atau sekelompok orang yang terkena virus ini (ODHA),” jelasnya.
Lebih jauh, Zulkarnaini memaparkan, presentase orang dengan HIV/AIDS yang menjalani terapi ARV (ODHA on ART) 49 persen. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus, maka upaya pencegahan dan pengendalian harus dilakukan. Salah satunya adanya layanan untuk dapat melakukan tes dan pengobatan HIV.
Di Maluku, lanjut Zulkarnaini, pada tahun 2021 terdapat 73 layanan klinik IMS, 137 layanan klinik tes HIV, dan ad 10 layanan PDP yang baru tersedia di 5 kabupaten/kota.
“Tahun 2022 ini, target presentase ODHA baru ditemukan yang mulai pengobatan ARV sebesar 75 persen, sehingga untuk meningkatkan capaian testing dan treatment adalah dikembangkan faskes yang mampu dalam pelayanan testing dan pengobatan ARV bagi orang dengan HIV,” pungkasnya. (Invest1)