BELOPA, Investigasinews.id — Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Lalitbang) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Prof Muh Rizal Martua Damanik, dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Luwu meminta agar para ayah mendukung pemberian ASI Ekslusif pada anak.
Hal ini disampaikan Prof Rizal saat memberikan edukasi Percepatan Penurunan Stunting (PPS) kepada para penyuluh KB, Tim Pendamping Keluarga (TPK) serta Pengurus Tim Penggerak PKK tingkat kecamatan dan desa di Aula Kantor Bappelitbangda, Kamis (8/12/22).
Prof Rizal menyampaikan jika Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis yakni dalam jangka panjang di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menyebabkan tinggi badannya lebih pendek dari pada anak seusianya.
“Kita harus memperhatikan periode emas anak yang sudah dimulai sejak dibuahinya sel telur oleh sperma atau masa kehamilan. Karena itu, dimasa kehamilan, para ibu perlu memenuhi asupan gizi yang seimbang dan memberikan stimulasi sesuai tahapan tumbuh kembang janin”, ungkap Prof Rizal.
Dijelaskan 1000 Hari Pertama Kehidupan terdiri atas 270 hari dimasa kehamilan dan 730 hari pasca melahirkan atau hingga anak berusia dua tahun.
Periode ini menjadi masa emas dan sensitif pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana seluruh organ tubuh anak termasuk otak akan berkembang pesat pada periode ini, sehingga penting dilakukan pemberian asupan gizi yang lengkap dan seimbang guna mendukung tumbuh kembang anak dapat maksimal.
“Setelah anak lahir maka seorang ibu harus memperhatikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi selama enam bulan berturut-turut tanpa makanan tambahan lain. Ini menjadi salah satu cara mencegah agar bayi tidak tumbuh stunting”, tutur Prof Rizal.
Disebutkan kandungan gizi dalam ASI paling lengkap dan paling sesuai dengan perut bayi sehingga memberikan ASI sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi pada usia enam bulan.
Namun diera modern saat ini, Prof Rizal mengakui, banyak alasan para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sehingga dibutuhkan peran seorang ayah dalam pemberian ASI eksklusif.
“ASI merupakan asupan makanan bagi bayi yang bergizi, praktis dan ekonomis sehingga tidak membutuhkan biaya yang mahal. Saat ini para ibu memiliki banyak alasan untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya sehingga perlu dukungan dari seorang ayah, salah satunya dengan mendukung ibu menyusui anak” ajak Prof Rizal.
Ditambahkan, masa 1000 HPK sangat penting bagi tumbuh kembang buah hati, dalam jangka panjang masa ini sangat menentukan kemampuan kognitif anak. Tidak optimalnya perkembangan otak dimasa akan berdampak pada kemampuan belajar dan berkonsentrasi saat sekolah kelak sehingga berdampak pada masa depan anak.
Deputi Lalitbang BKKBN, Prof Rizal menegaskan Stunting seharusnya tidak terjadi di Indonesia yang terkenal dengan zamrut katulistiwa dimana potensi pangan dan kekayaan alam Indonesia yang berlimpah sebagai sumber gizi bagi anak, namun kondisinya Stunting Indonesia masih cukup tinggi.
“Alhamdulillah di Kabupaten Luwu, tadi bapak Bupati menjelaskan betapa pedulinya Ibu Ketua TP PKK dalam percepatan penurunan stunting dan kami sangat mengapresiasi peran aktif beliau”, tutup Prof Rizal.
Disela-sela kunjungan itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Ritamariani mengatakan angka Stunting di Kabupaten Luwu termasuk terendah keenam di Sulawesi selatan yaitu 22,8 persen berdasarkan data SSGI tahun 2021.
“Angka prevalensi Stunting Sulawesi
Selatan masih diangka 27,4 persen di atas nasional 24,4 persen dan Bapak Presiden telah menargetkan angka Stunting diturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024” ungkap Andi Rita.
Dalam kesempatan itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Luwu, Hayarna Hakim, SH, M.Si menyebutkan kunjungan Deputi Lalitbang BKKBN ke Kabupaten Luwu menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat Luwu.
“Kunjungan bapak Deputi ke Luwu merupakan suatu kebanggaan bagi kami. Kami informasikan bahwa dalam menurunkan angka stunting, sinergitas dengan mitra kerja telah dibangun dengan sangat baik, target kami bukan hanya sekedar menurunkan angka stunting tetapi akan menghapus atau men “Zero” kannya”, ungkap Hayarna.
Lebih lanjut dikatakan Pemerintah Kabupaten Luwu beserta TP PKK bersinergi menurunkan angka stunting dengan menjalankan langkah-langkah strategis dengan memperkuat peran kelompok dasa wisma yang ada di desa, sehingga melalui data dari dasa wisma tersebut akan memudahkan pemetaan dimana dan keluarga siapa saja yang memiliki berpotensi atau berisiko stunting.
“Data yang diperoleh dari kelompok dasa wisma kemudian kita koordinasikan dengan bidan desa dan posyandu setempat untuk segera melakukan penanganan kepada sasaran. Selain langkah tersebut, melalui program Tri Bina, yakni Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia untuk mempercepat penurunan angka stunting, semoga tahun 2024, di Kabupaten Luwu Zero stunting”, Harap Hayarna.
Usai memberikan edukasi Percepatan Penurunan Stunting, Deputi Lalitbang BKKBN RI dan rombongan mengunjungi seorang bayi yang terindikasi Stunting dan sementara menjalani perawatan di RSUD Batara Guru Belopa.
Untuk memulihkan kondisi bayi ini, Prof Rizal memberikan paket bantuan penambah gizi dari BKKBN dan memberikan edukasi kepada keluarga bayi terkait pola asuh yang baik pada anak.
Turut hadir Kadis Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Luwu, Drs. Husain, Kadis Pertanian Luwu, Albaruddin Andi Picunnang. (*)